Falsafah Jawa “Siji Wadah Ojo Nganti Pecah” dan artinya – Kang Santoso kali ini mencoba memberikan sudut pandang lain dari slogan falsafah hidup jawa “ Siji Wadah Ojo Nganti Pecah”. Dari segi makna bahasa, kalimat tersebut sekilas memang kelihatan bermakna bagus, artinya: satu organisasi, satu rumah, satu komunitas, satu keluarga, satu kelompok jangan sampai terjadi perpecahan, karena masih berada dalam satu rumah (tempat). Jika terjadi perselisihan, usahakan tetap berada dalam satu wadah.
Falsafah Hidup Jawa "Siji Wadah Ojo Pecah" |
Tapi, apakah demikian itu yang
terjadi? tentu tidak!!! slogan itu hanya menjadi sebuah jargon semata, yang
tidak berpengaruh pada tindakan. Mengapa?! karena, tidak lain tidak bukan
adanya individu yang masih mempunyai ego yang tinggi, merasa paling benar dengan
argumentasi nya dan semua tindakannya. Yang mana argumentasi dan tindakan nya
tersebut melawan arus (bententangan) dengan pendapat mayoritas. Pada akhirnya
orang yang berkarakter seperti itu justru akan di kucilkan dari sebuah
komunitas. Kemudian dirinya merasa teraniaya, terdzolimi, di perlakukan tidak
adil oleh suatu komunitas. Dan yang sangat di sayangkan hal tersebut di gunakan
untuk memprofokasi orang lain (teman-teman nya yang ada dalam satu komunitas)
Tentang falsafah hidup jawa yang lain, kami pernah menulis tentang Asmo Kinaryo Jopo
SLOGAN "Siji Wadah Ojo Nganti Pecah" Justru Memicu Perpecahan!!!
Ini merupakan sudut pandang
lain dari saya pribadi dan anda sebagai pembaca tulisan Makna
"Siji Wadah Ojo Nganti Pecah" boleh untuk tidak setuju
terkait dengan pendapat ini.
Sudut pandang saya ini, di latar belakangi oleh keilmuan seni komunikasi baik di keilmuan NLP maupun keilmuan di hypnotist, yang keduanya objek kajian nya di wilayah data pikiran sadar dan bawah sadar.
Baca juga Tempat Belajar Hipnotis - Hipnoterapi Di Kediri
Mendidik KESADARAN
Dari berbagai penelitian 88 % yang mengendalikan hidup kita adalah pikiran bawah sadar, sisanya adalah pikiran sadar. Baik buruknya seseorang adalah pengaruh dari alam bawah sadar, penjahat manapun, koruptor dimanapun jika ditanya secara sadar tentang apa yang telah dilakukannya pastinya mereka akan menjawab bahwa apa yang dilakukan meraka itu tidaklah benar, tetapi mengapa mereka masih melakukannya? itulah hasil dari peran dari pikiran bawah sadar.
Bagaimana cara kita mendidik pikiran bawah sadar
ini?
Otak (Pikiran)
Sadar dan Bawah Sadar
Manusia mempunyai
dua macam bentuk pikiran yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran
sadar berfungsi mengidentifikasi informasi, membandingkan dengan data yang
sudah ada dalam memori, menganalisa data dan memutuskan data baru akan
disimpan, dibuang atau diabaikan sementara.
Pikiran bawah sadar
yang kapasitasnya jauh lebih besar dari pikiran sadar mempunyai fungsi yang
jauh lebih komplek. Semua fungsi organ tubuh kita diatur cara kerjanya dari
pikiran bawah sadar. Nilai-nilai yang kita pegang, sistem kepercayaan dan
keyakinan terhadap segala sesuatu dan memori jangka panjang kita juga terdapat
dalam pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak memerlukan mata, telinga
atau panca indera, tetapi ia bekerja dengan menggunakan mata batin atau disebut
imajinasi. Pikiran bawah sadar bekerja mirip sebuah memori komputer. Ia
menyimpan informasi yang pernah kita lihat, dengar, dan rasakan secara permanent.
Fenomena
Ke(tidak)sadaran dari slogan
Pikiran bawah sadar
tidak bisa memberikan gambaran atas kata sifat atau perintah seperti kata
“jangan / ojo pecah”. Ia hanya bisa mengimajinasikan kata benda atau kata kerja. Mengapa
ketika kepada anak kecil dibawah umur 5 tahun. Ketika dikatakan kepadanya
“jangan lari” dia akan lari”. “Jangan nakal” dia akan nakal. Mengapa? Karena
otak bawah sadar dan imajinasinya tidak bisa menggambarkan kata “tidak” atau
“jangan”. Ketika anda mengatakan “jangan lari” yang ia lihat adalah gambar orang
berlari bukan orang berhenti berlari. “jangan” adalah kata abstrak.
Hal ini tidak saja
terjadi pada anak kecil, tetapi juga orang dewasa. Ketika larangan “OJO PECAH” seringkali hal itu tidak memberikan hasil. Kenapa? Karena
otak bawah sadar tidak mengenal kata “jangan / OJO”. Tidak ada gambar yang muncul
ketika “jangan / OJO” diucapkan. Yang muncul justru gambar pecah nya. Maka orang tetap
saja "PECAH" walau dilarang.
Para copy writer,
iklan banyak yang memanfaatkan sifat manusia ini, mereka mengatakan jangan
dibaca bagian tertentu tetapi pembaca tetap saja membaca. Selain rasa ingin
tahu juga karena adanya gambar “(jangan)” baca bagian tertentu itu, “jangan”
diberi tanda kurung karena otak bawah sadar tidak memperoleh gambaran atas kata
“jangan”. Apakah Anda bisa menggambarkan “jangan” sebagai bentuk?
Di jalan kita
banyak menemukan tulisan “jangan merokok”, “say no to drugs”, “jangan ngebut”.
Apa yang ada di imajinasi Anda? “merokok”, “drug”, dan “ngebut”. Jadi, orang
bukannya berhenti merokok, ngedrugs, atau ngebut tetapi malah melakukannya.
Pikiran bawah sadar
lebih peka terhadap gambar, jika gambar iklan rokok dipasang cowok yang ganteng
dan gagah, maka pikiran bawah sadar kita akan mengikutinya, sebaiknya larangan
merokok diganti dengan gambar-gambar pasien rokok, iklan narkoba ditampilkan
korban akibat narkoba, atau gambar korban kecelakaan akibat kebut-kebutan.
Sebaiknya kita juga mencari kata-kata yang bersifat positif dan tegas dalam mendidik anak, misalnya jangan katakan kepada anak “jangan boros”, tetapi “ berhematlah, “jangan nakal” tetapi “berbuat baiklah, “jangan berdusta”, tetapi “ jujurlah”.
Tugas kita bersama untuk menjaga kemurnian kasadaran. Pastikan generasi penerus kita tumbuh tanpa mengenal referensi hidup yang negatif (Perpecahan, kekerasan, korupsi, perkosaan, perselingkuhan dll), tetapi mereka mengenal referensi yang positif ( kasih sayang, rukun, kerjasama, saling menghormati, harmonis, humanis, disiplin, bertanggungjawab, prestasi dll).
Sehingga dapat di simpulkan dari falsafah "Siji Wadah Ojo Pecah" justru menjadi pemicu "PECAH" itu semakin cepat dan membesar. Karena sekali lagi, otak bawah sadar manusia tidak bisa menggambarkan kata sifat / kata perintah, dia hanya bisa menggambarkan kata sifat / kata benda. Sehingga ketika slogan "Siji Wadah Ojo Pecah" sering kali di sampaikan di berbagai forum, justru disitu sangat rentan terjadi perselisihan dan perpecahan. Karena yang di terima oleh otak bawah sadar hanyalah kalimat "PECAH"nya saja.
Dengan demikian, kita hendaknya memilih slogan falsafah hidup jawa yang lebih positif, seperti: Nyawiji Manunggal Dadi Siji
Moga tulisan ini mampu menyadarkan kita semua…amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar